Google translate
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Permata Ku


PERMATAKU

Aku melangkah gontai menuju ruang kelasku.Beberapa siswa yang mengenalku sibuk menyapaku.Aku adalah salah satu siswi tepandang di sekolah ini.Bukannya sombong.Tapi menurutku tak ada salahnya jika orang-orang menganggap diriku cantik.Postur tubuhku yang tinggi langsing,rambutku yang lurus alami tanpa rebondingan Made In Salon, juga prestasi-prestasi akademik maupun non akademik yang kuperoleh mampu membuat orang meler kalau melihat ku tersenyum padanya.Terlebih kaum adam.

Dan hari ini adalah hari yang istimewa bagiku.Hari ini aku akan mengikuti lomba olimpiade MIPA yang sudah bosan aku ikuti.Terhitung sudah beberapa kali aku mengikuti lomba ini.Dan sudah bisa ditebak aku selalu mendapatkan juara.

Saat ini aku masih tercatat sebagai siswa SMA favorit di kotaku.Aku bisa duduk dengan nyaman di kursi pelajar karena beasiswa.Meski tak banyak yang tahu.Kebanyakan mereka menganggapku sebagai anak orang kaya.Yah,karena sudah beberapa kali aku memamerkan barang-barang yang berkualitas kepada mereka yang ku beli dari honor lombaku.Ibuku sebagai single parent tak dapat membelikanku aksesoris sebagaimana layaknya yang dikenakan muda mudi zaman sekarang.Bukan maksud hati untuk sombong.Tapi,aku hanya tak ingin di cap sebagai anak yang miskin dan kurang pergaulan.

”Zahra”Sebuah panggilan untukku.Aku menoleh dan mendapati wajah Rudi yang terbilang cukup tenar disekolah ini.Aku tersenyum membalas sapaannya.

”Good Luck ya!”Katanya lagi.

”Good Luck too!”Jawabku.Aku memang tak sendiri mengikuti olimpiade ini.Melainkan ditemani pujaan cewek-cewek centil ini.Dari dulu Rudi selalu menduduki peringkat nomer satu di daftar orang yang paling ku benci.Tapi aku tak ingin memperlihatkannya.Selain pintar dia juga anak orang kaya yang selalu dikelilingi harta dan juga ketenarannya di sekolah yang menyamai kepopuleranku.Hanya satu kelebihanku darinya yaitu dari pertama aku bersekolah disini aku selalu berada diatasnya.

Dalam kelas aku segera disambut oleh teman-temanku yang ingin memberikan ucapan ”Good Luck ya” atau ”Sukses ya” atau semoga berhasil dan atau-atau yang lainya.Huh bosan. Menurutku sebagian dari mereka tidak tulus untuk mengucapkannya padaku.Mungkin saja mereka iri karena tidak bisa sepandai dan secerdas aku.Aku segera keluar dari kelas setelah sibuk membalas ucapan-ucapan yang bagiku tidak penting dari teman kelasku.Aku melangkah menuju kantor guru dan berangkat!!!!!

Terik matahari seolah tak pernah bersahabat pada setiap hari Senin.Panasss!!!Rasanya ingin ku cacimaki saja Pembina upacara yang dengan sok gagah berpidato di depan.Tapi demi menjaga citra baik ku sebagai siswa teladan cepat-cepat ku hilangkan perasaan ini.Ku alihkan pandanganku kepada kelas sebelah.Tampak olehku wajah Rudi yang tersenyum kepadaku.Manis juga, fikirku.Buru-buru ku tepis fikiran itu.

”..........dan dua siswa sekolah kita berhasil memperoleh juara satu dan dua lomba olimpiade MIPA ditingkat nasional...............”Buru-buru kualihkan lagi pandanganku pada sang pembina upacara.Dengan hati berdebar......

”Zahra berhasil memperoleh juara satu MIPA tingkat nasional..........”Aku bangga.Meski sudah sering aku memperoleh juara tapi aku masih tetap merasa senang karena tak ada yang bisa mengalahkan kecerdasanku.Dengan tegap aku berjalan kedepan dan mengambil pialaku dari kepala sekolah.Dengan didampingi Rudi disampingku tentunya.

”Selamat ya”Ucapnya sambil menyodorka tangan.

”Thanks”Jawabku sambil membalas jabatan tangannya.

***

Hari ini pelajaran berlalu dengan cepat.Aku berjalan riang menyusuri jalanan sempit sebuah gang kumuh yang menuju rumahku.Hari ini aku pulang agak sore karena tugas kelompok yang harus diselesaikan.Sampai di rumah ku rebahkan badanku di kasur kamarku yang sudah tak layak pakai.Kupejamkan mataku sebentar.Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.Biasanya sepulang sekolah Ibu selalu tak pernah absen menyuruhku untuk sholat.Meskipun hal itu tak pernah kulakukan.Untuk apa aku sholat. Toh,nggak akan mengubah keadaan ekonomi keluargaku.

”Ibu!!!”Panggilku.Kucari sosoknya didapur.

”Ibu!!!”Panggilku lagi.Tak kudapati perangainya di dapur sempit itu.Kucoba mencarinya di kamarnya.Nihil.Aku capek.Kududukkan badanku di sofa yang sudah bertembel-tembel itu.Ku langkahkan kakiku keluar menuju rumah Bu Asih,tetanggaku.

”Ibumu hanya titipkan surat ini padaku”Jawab Bu Asih ketika ku tanya keberadaan Ibuku.

”Terima kasih”Ucapku.Kemudian aku kembali menuju rumah kecilku lagi.Sambil duduk di sofa, ku baca surat dari Ibuku.

Assalamualaikum............

Zahra...............

Maafkan Ibu yang telah memilih keputusan ini.Ibu tau ini semua sangat berat bagimu.Tapi Ibu yakin kamu bisa menghadapi semua ini sendirian.Ibu tau kamu sangat terpukul sayang.Tapi tak ada yang bisa Ibu lakukan saat ini.Maka izinkanlah Ibumu ini untuk merantau di negeri orang.Bila kau membutuhkan sesuatu, Ayahmu selalu mengirimi kamu uang yang bisa memenuhi kebutuhanmu.Ibu menaruhnya di atas meja.Manfaatkan uang itu dengan baik-baik.karena hanya kamu yang berhak memakai uang itu.Ibu tak berhak apa-apa mengenai uang itu.

Jangan lupa sholat lima waktu.

Wassalamualaikum......................

Ibu tetap sayang kamu,Zahra.

Aku menangis.Segera ku cari uang yang Ibu tinggalkan padaku lalu aku berlari.Aku putus asa.Terbayang saat-saat indah ketika Ayah dan Ibuku masih bersama.Lalu musibah besar menimpa keluargaku.Ayah meninggalkan aku dan Ibu dengan alasan Ibu sudah tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.Semenjak itu Ibu bersumpah tidak akan pernah menyentuh semua barang pemberian dari ayahku.

Ku langkahkan kakiku menuju diskotik yang sering kukunjungi setiap aku merasa kesal.Atau sekedar merayakan kemenanganku atas Rudi.Aku terbuai dalam bisikan iblis bangsat yang terus membisiki telingaku.Membuat aku buntu untuk memikirkan adanya Sang Esa.

Aku mengambil tempat duduk di ujung ruangan.Seorang pelayan menghampiriku dan aku memesan dua botol bir yang memabukkan.Aku kalap.Aku tak dapat lagi menanggung gelora hatiku.Mungkin dengan mabuk ajalku akan lebih cepat datang sehingga aku tak perlu repot-repot untuk menanggung cobaan ini.

Waktu terus berputar.Samar-samar kulihat jejeran botol bir yang hampir memenuhi meja bulat didepanku.Aku berjalan gontai memesan beberapa botol bir lagi.

”Tapi anda sudah minum banyak hari ini.”Ucap seorang pelayan yang melayaniku.

”Bangsat!!!Berani-beraninya kamu!!!”Ucapku marah.Lalu kurasakan tubuhku berputar,berputar semakin cepat dan gelap.Yang kuharapkan saat itu adalah aku tak akan hidup lagi untuk selamanya.

***

Aku bangun.Kurasakan mataku berat.Tiba-tiba seseorang masuk dalam ruangan tempatku terlelap.RUDI.

”Selamat pagi,Zahra.”Sapanya.Aku terdiam.Apa yang terjadi padaku?Tanyaku dalam hati
”Kemarin kamu pingsan di diskotik tempatku bekerja.”Ucapnya seperti tahu kebingunganku.

”Kamu sekarang ada di rumahku.”Tambahnya.

”Kamu.....bekerja?”tanyaku tak yakin.Dia mengangguk mengiyakan.Kutelusuri setiap sudut ruangan itu.Besar dan rapi.Ditambah dengan perabotan khas orang kaya.

”Untuk apa?”Tanyaku masih tak percaya.

”Karena aku tak sanggup untuk hanya duduk bertopang dagu di rumah.”Ucapnya.Ada rasa kagum kepadanya dihatiku.

”Tapi, mengapa kamu memilih diskotik?”Tanyaku lagi.

”Aku adalah pegawai baru disana.Sebelumnya aku bekerja pada kantor ayahku.Tapi aku ingin mengetahui dunia luar.Dan kufikir diskotik adalah tempat paling dekat dengan masyarakat kota zaman sekarang.”Ucapnya tegas.

”Mengapa kamu berada di diskotik itu?”Tanyanya ganti.Aku ragu.tapi akhirnya aku menceritakan kisah hidupku dari awal aku ditinggalkan Ayahku sampai sekarang ini.Kukira dia akan kecewa mengetahui keadaanku selama ini.Tapi ternyata dia ingin membantuku dengan menawariku tinggal dirumah ini.Awalnya aku tak mau.Tapi karena perasaan tak enak kepada kedua orang tuanya yang juga ikut membujukku akhirnya aku setuju.Bahkan seluruh biaya sekolah dan kepentingan hidupku akan ditanggung oleh keluarga kaya itu.

Tiap malam sebelum berangkat bekerja Rudi mengajariku tentang ilmu fiqih dan membaca Al-Qur’an.Maklum setelah aku ditinggalkan Ayah aku tak mau lagi meraih benda suci itu.Ketika pertama kali aku membacanya aku terisak.Tak terbayang betapa banyak dosaku pada sang Esa.

Kehidupan baru akan segera dimulai.aku memutuskan untuk mulai menggunakan jilbab.Aku ingin merasakan ketenangan sebagai wanita sholihah yang sering diceritakan Rudi.Rudi menyambut baik keputusan yang telah aku buat.

3 tahun setelah kelulusan telah berlalu.Kini aku sudah mempunyai keluarga yang harmonis.dengan dua orang bidadari kecil yang selalu menggelitik hari-hariku.Namanya Faisal dan Ana.Yah,setelah lulus SMA aku dikagetkan oleh lamaran mendadak dari Rudi.Aku hanya diam dan menunduk waktu itu.

”Assalamualaikum”Terdengar teriakan dari depan.Segera aku membuka pintu dan mendapati seorang nenek yang sudah tua sekali usianya.

”Nak nenek minta sesuap nasi saja untuk menyambung hidup.”Ucapnya.Aku kaget.Sepintas bayangan ibuku yang sekarang bila masih hidup akan sebaya dengan nenek ini,fikirku.Nenek itu mengangkat wajahnya.

”Zahra...”Panggilnya.Aku tersadar.Lama aku tercenung.Segera ku peluk nenek itu yang tak lain adalah Ibuku.Rudi yang baru saja datang segera kuseret dan memberi tahu kalau nenek itu adalah Ibuku.Lalu kami bertiga berpelukan.Takkan kubiarkan permataku pergi lagi, Tekadku dalam hati.

Jombang,23 Desember 2007

Minggu, 05 Juni 2011 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar

.Pipit Sayang Ayah.Pipit Sayang Ayah.